KELOMPOK TANI MAJU-SEMIN GUNUNGKIDUL BELAJAR BUDIDAYA PISANG KE KEBUN PLASMA NUTFAH PISANG JOGJA

Salah satu ikon kebanggaan Dinas Pertanian Dan Pangan Kota Jogja adalah Kebun Plasma Nutfah Pisang (KPNP). Kebun dengan luas 1,9 hektar yang terletak menyatu di lingkungan kantor Dinas sehari-harinya tidak pernah sepi dari pengunjung. Dengan koleksi kultur varietasnya yang telah mencapai 292 alhasil merupakan kebun koleksi plasma pisang terlengkap se-Indonesia, bahkan Asia! Inilah magnet yang mampu menarik pengunjung untuk datang ke KPNP, baik hanya sekedar rekreasi untuk menghirup udara segar di perbatasan kota Jogja sembari memanjakan mata dengan hijaunya dedaunan, maupun tujuan lain diantaranya belajar, konsultasi, dan membeli bibitnya.

Selama pandemi covid 19, KPNP nyaris 7 bulan belum mengijinkan kunjungan edukasi yang bersifat kolosal. Namun tetap melayani dan menerima tamu yang dibatasi jumlahnya, dengan tetap wajib melaksanakan protocol covid 19 dengan new normal, wajib bermasker, cuci tangan dengan sabun, dan di cek suhu tubuh menggunakan termhogun. Bagi sebagian besar masyarakat, animo mereka untuk mengenal pisang cukup tinggi. Tamu yang datangpun beragam dari berbagai wilayah baik lokal Jogja maupun diluar Jogja bahkan mancanegara.

 

Kelompok Tani Tani Maju, Semin Gunungkidul berkunjung ke KPNP

Senin, 28 September 2020 merupakan hari pertama  menerima kembali tamu kunjungan edukasi dari rombongan/komunitas dimasa pandemi. Kelompok tani Tani Maju yang berasal dari Badongan, Karangsari, Semin, Gunungkidul adalah yang mengawalinya. Dengan dipandegani Mantri tani Nuryadi, S.TP. didampingi Guntoro, S.P. dan PPL desa Karangsari Giyanto, S.P. membawa Bapak Ibu anggota kelompok taninya sejumlah 30 orang.

Nuryadi, S.TP menyampaikan tujuan berkunjung adalah untuk belajar teknik budidaya pisang, karena di wilayah semin diadakan program PPHT (Penerapan Pengendalian Hama Terpadu) selama 3 bulan dengan 10 kali pertemuan, yang difokuskan pada budidaya pisang khususnya mas kirana. Masyarakat menerima bantuan bibit pisang mas kirana sejumlah 1125 batang dari dinas Pertanian Dan Pangan Gunungkidul. “saya senang sekali bahwa Kota Jogja ternyata memiliki banyak koleksi pisang yang daerah lain tidak punya” imbuh Nuryadi dengan takjub.

Pendamping dari Dinas Pertanian Dan ketahanan Pangan Propinsi DI Yogyakarta, Guntoro, S.P. menambahkan alasan rombongan berkunjung ke KPNP adalah ingin mengetahui trik atau kiat-kiat merawat kultivar pisang yang beragam dalam luasan lahan yang cukup luas, dan sudah bertahun-tahun lamanya namun masih terjaga eksistensinya dengan baik. Sehingga petani dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dari KPNP. Guntoro menambahkan “tidak hal yang mudah melestarikan keanekaragaman kultivar / kultivar varietas pisang dalam suatu luasan tertentu secara kontinu dalam waktu yang lama dilahan yang sama, karena yang sudah-sudah pengalaman didaerah lain setelah lewat 3 tahun produksi menurun, rawan akan serangan penyakit pisang misalnya layu fusarium, dan KPNP telah membuktikan mampu mempertahankan keanekaragaman hayati kultivar pisang dengan baik". Guntoro menyampaikan PPHT membawa trend baru untuk mengembangkan, menciptakan budidaya tanaman pisang yang baik dan benar, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.

 

Standart Operasional Prosedur (SOP) Budidaya Pisang

Pengelola KPNP Bambang Dwi Hatmoko PH dalam kesempatan siang ini menyampaikan ke kelompok tani beberapa hal terkait SOP budidaya pisang. Hal penting adalah memilih calon bibit dari indukan yang sehat berasal dari tunas maupun kultur jaringan, tunas anakan direndam dahulu menggunakan bakterisida dan fungisida. Lobang tanam diolah dengan ukuran 50x50x50 cm, jarak tanam 3x3 m atau 3x4 m, pemberian kapur dolomit 1 kg/lubang tanam, pemberian pupuk kandang 10-15 kg/lubang tanam yang sudah diaplikasikan tricoderma. Penjarangan rumpun dilakukan dengan cara mengurangi anaknya cukup ditinggal 2-3 tunas. Pengurangan daun disisakan 8 helai saja per pohon. Pembumbunan dilakukan 3 bulan sekali dengan tujuan menggemburkan tanah dan melindungi akar agar kuat.

Setelah pisang berbunga dipasang penyangga pada tandan dan bunga di kerodong dengan tujuan menghindari serangan lalat buah, sehingga dihasilkan buah pisang dengan kualitas bagus. Pemotongan jantung pisang dilakukan setelah 1 bulan setelah munculnya jantung pisang. Umur buah siap panen dihitung dari keluarnya jantung berumur sekitar 2-3 bulan.

Buah siap panen jika warna kulit buah berubah dari hijau tua menjadi hijau muda, bekas bunga diujung buah mudah dipatahkan. Cara memotong buah adalah dipotong ditandan dan diupayakan tidak jatuh ditanah. Pemeraman buah pisang  dapat menggunakan daun mandingan atau dengan cara pengemposan dengan sabut kelapa yang dibakar. Atau yang lebih cepat menggunakan etilen/karbit.

Lebih lanjut Bambang Dwi mengajak peserta untuk praktek menanam pisang, kemudian dilanjut panen buah pisang masak pohon, dengan antusias peserta menyantap buah pisang segar Raja Pulut dari pohon secara langsung. Selesai panen mereka disuguhi kudapan pencuci mulut prawan kenes dari pisang kapok kuning hasil olahan laboratorium olahan hasil pertanian. Prawan kenes merupakan salah satu makanan favorit Raja-Raja Kraton Jogja. Soal rasa dijamin legit dan nikmat.

Sebagai penghujung acara disediakan doorprize untuk 2 peserta yang aktif bertanya. Disediakan bibit pisang koja hasil perbanyakan kultur jaringan dari laboratorium kultur jaringan. Satu lagi bibit disediakan dari perbanyakan pecahan bonggol/bit.