Tanaman perlu "dipindahkan"
Akhir bulan September ini, Candra Santoso selaku pemelihara kebun Hortikultura melakukan perawatan tanaman dengan mengganti media tanam. Media tanam yang sudah terlalu lama akan mengalami gejala-gejala degeneratif yang disebabkan oleh perubahan sifat-sifat fisik, kimia, dan biologis dari media tanam itu sendiri. Dalam kondisi tersebut, biasanya akan ditandai dengan media tanam yang mudah hancur jika digenggam karena mengalami pelapukan. Kondisi tersebut akan menyebabkan pertumbuhan akar tanaman yang langsung bersinggungan dengan media tanam akan terganggu, seperti mengalami perubahan morfologi atau fisiologi yang ditandai dengan perubahan warna dan cenderung bertekstur lunak. Proses pergantian media tanam harus dilakukan secara hati-hati agar tidak melukai akar tanaman. Secara umum, proses pergantian media tanam berdasarkan waktu dibedakan menjadi dua, yaitu penggantian media tanam yang dilakukan pada masa bibit dan pergantian media tanam pada saat tumbuhan sudah dewasa.
Saat ukuran tanaman yang sudah tak sesuai dengan media tumbuh juga wajib dipindahkan sekaligus ganti pot/ polybagnya. Akar tanaman biasanya sudah penuh dan tak bisa lagi tumbuh memanjang. Sebagai patokan sederhana, ada baiknya lakukan repotting dua kali setahun. Syarat utamanya media tanam adalah porus, namun media harus tetap mampu menyimpan air. Komposisi campuran media disesuaikan dengan karakter tanaman yang dibudidayakan. Setelah selesai, media tanam lantas disiram, sekaligus untuk mengecek apakah lubang drainase di bawah pot berfungsi sempurna. Tambahkan pupuk sebagai sumber nutrisi. Bisa taburkan pupuk slow release sebelum permukaan media dirapikan.Untuk praktisnya lakukan pemupukan bersamaan dengan penyiraman. Tidak harus setiap kali menyiram, air dicampur pupuk. Cukup lakukan pemupukan seminggu dua kali, dengan konsentrasi pupuk yang ringan.