Bambang Dwi Hatmoko PH, Core Of The Core Pisang  Dari Kebun Plasma Nutfah Pisang Yogyakarta

Siapa yang tidak mengenal Kebun Plasma Nutfah Pisang (KPNP) Yogyakarta? Namanya moncer bukan hanya di Indonesia, namun sampai manca negara. Keberadaannya dibutuhkan dan dicari  banyak kalangan, tidak hanya dari petani pisang, namun dari berbagai Instansi pemerintah dan swasta, dunia pendidikan, praktisi pertanian, peneliti, dan masyarakat luas. Semua  mengakses KPNP untuk berbagai kebutuhan.

Lokasinya gampang ditemukan, cukup mencari di google map, nama KPNP bertengger diurutan teratas pencarian. Beralamat di Jalan Lingkar Selatan, Malangan, Giwangan, Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Sebelah barat terminal Bus Giwangan, Kota Yogyakarta. Dengan luas lahan efektif 1,5 hektar, KPNP saat ini telah memiliki koleksi sejumlah 292 kultivar (kultur varietas) pisang. Dan menjadi satu-satunya kebun pisang di Indonesia yang memiliki koleksi terlengkap bahkan se-Asia Tenggara.

KPNP merupakan asset milik Pemerintah Kota Yogyakarta, dibawah naungan Dinas Pertanian Dan Pangan (DPP) Kota Yogyakarta. Sampai sekarang KPNP berhasil eksis menjaga, merawat, dan melestarikan koleksinya. Bukan  hal mudah mrmbudidayakan pisang yang beraneka jenis, dalam suatu lahan dengan luasan terbatas dan dilokasi yang sama selama bertahun-tahun. Patut selayaknya kita apresiasi prestasi KPNP. Tidak berlebihan jika Wakil Walikota Yogyakarta, Drs. Heroe Poerwadi, M.A. pada kesempatan kunjungan ke KPNP bersama komunitas Jogja bike 30 Oktober 2020 kemarin, beliau mengungkapkan kebanggaannya terhadap KPNP yang merupakan mutiara yang dimiliki Pemkot Yogyakarta. Selayak mutiara, KPNP merupakan aset berharga milik pemerintah yang perlu dijaga, dirawat, dilestarikan, dan dikembangkan dengan sebaik-baiknya.

Bambang Dwi Hatmoko PH, sosok dibalik eksistensi KPNP

Bicara tentang eksistensi KPNP,  tidak terlepas dari sosok PNS satu ini, yang kesehariannya ditugaskan sebagai pengelola KPNP. Bernama lengkap Bambang Dwi Hatmoko Purnomohadi yang akrab dipanggil Bambang, seorang yang berkarakter disiplin dan loyal terhadap atasan dan tanggungjawabnya. Dilahirkan di Manisrenggo, Klaten, tepatnya 18 Juni 1964, sehari-hari menempuh jarak tidak kurang dari 30 km dari rumahnya, Bambang selalu tiba lebih awal di kantor dan pulang paling akhir.

Karir Bambang menjadi PNS diawali dengan capeg tahun 1988, diangkat PNS 2 tahun kemudian. Selama bertugas telah malang-melintang, blusukan dari kebun ke kebun. Tugasnya diawali menjadi pimpinan kebun bibit Giwangan dari tahun 1990-1993. Selanjutnya menjadi pimpinan kebun hortikultura dan tanaman hias Dongkelan tahun 1994-1998. Menjadi pimpinan kebun bibit Tegalrejo dilalui Bambang tahun 1998-2000. Dan selanjutnya tahun 2000 diamanahi menjadi  pengelola KPNP sampai sekarang. Tahun 2021 ini Bambang  bertugas sebagai pengelola tanaman pangan dan hortikultura, termasuk didalamnya laboratorium kultur jaringan.

Disela ketugasan utama, beberapa waktu yang lalu Bambang juga disampiri tugas menjadi mantri tani yakni pada tahun 1996-1998 di kecamatan Jetis, tahun 1998-1999 di kecamatan Tegalrejo, dan tahun 2018-2020 di kecamatan Gedongtengen.

Selama mengabdi menjadi ASN, Bambang telah mendapatkan beberapa prestasi dan penghargaan. Sertifikat pelatihan kultur jaringan diperoleh dari LIPI Bogor tahun 2007 dan dari Universitas Pembangunan Nasional tahun 2009.  Bintang tanda jasa pengabdian 10 tahun dan 20 tahun. Bambang menjadi pegawai pilihan tingkat Pemkot Yogyakarta tahun 2008. Di tahun 2016 Bambang terpilih sebagai juara terbaik 1 kehati award kategori pendorong lestari tingkat Kota Yogyakarta.

Memiliki hobi olahraga beladiri dan bulu tangkis, Bambang berujar kedua olahraga ini sejak kecil menjadi kegemarannya dan rutin dilakukan sampai sekarang sebagai ikhtiar menjaga kondisi tubuh tetap vit dan prima.

KPNP dan strategi di 2021

Disampaikan Bambang tentang sejarah KPNP  berawal dari didirikannya tahun 1988 oleh Yayasan Purna Bhakti Pertiwi (Ibu Tien Suharto). Awal dibuka KPNP menampung koleksi pisang sebanyak 251 kultivar. Dijelaskan bambang lebih detil fungsi dari KPNP yang tidak hanya sebagai museum alam yang melestarikan aneka tanaman pisang, namun juga sebagai kebun preservasi dan konservasi lahan hijau dipenghujung selatan perbatasan Kota Yogyakarta, sebagai sumber hayati genetik tanaman pisang, sebagai sumber teknologi Praktek Kerja Lapangan/PKL, penelitian, magang, sebagai pusat informasi teknologi budidaya tanaman pisang sampai pasca panen. Tak ketinggalan KPNP juga berfungsi sebagai wahana edukasi dan rekreasi murah dan terjangkau. Komplit!

Tahun 2004 KPNP dirintis sebagai banana center oleh Kementerian Pertanian dengan disertai kelengkapan sarana/prasarana berupa laboratorium kultur jaringan pisang, laboratorium olahan hasil pertanian pisang, laboratorium uji mutu, dan gedung promosi dan informasi untuk pertemuan. Laboratorium olahan hasil pertanian telah mendapatkan sertifikat ijin PIRT di tahun 2008 atas nama Bambang yang saat itu juga sebagai pengelola laboratorium olahan hasil pertanian.

Seiring perkembangannya tahun 2011 KPNP telah berhasil melepas salah satu kultivar pisang unggulan yaitu raja bagus yang berasal dari Keraton Yogyakarta. Pelepasan kultivar raja bagus ini mempunyai alasan kuat. Yogyakarta sebagai kota budaya tidak terlepas pemakaian buah pisang raja bagus sebagai acara-acara adat dan  budaya. Kelebihan raja bagus lainnya adalah  buahnya memiliki nilai ekonomi tinggi, kandungan gizinya lebih tinggi melalui uji laboratorium, dengan rasa legit manis, tahan terhadap penyimpanan, dan selain langsung bisa dimakan segar, juga dapat diolah menjadi beberapa produk makanan nan lezat.

Bambang menjelaskan strategi pengelolaan KPNP di tahun 2021 ada beberapa point penting yang menjadi goalnya yakni (1) reblokisasi yaitu dengan penataan ulang masing-masing blok dengan jenis pisang tertentu sehingga memudahkan dalam perawatan dan pengecekan kultivar, (2) rejuvinasi dengan dilakukan pembongkaran rumpun-rumpun lama, diganti dengan peremajaan dengan tanaman baru, (3) revitalisasi lahan dengan mengembalikan fungsi lahan secara optimal dengan penambahan humus dan pupuk organik/kandang, (4) repapanisasi dengan mengganti papan nama yang baru disetiap kultivar yang ada, (5) penambahan koleksi kultivar dengan mencari sumber genetik pisang yang belum dimiliki KPNP, (6) pelepasan kultivar; rencana KPNP akan melepas kultivar pisang olahan (koja sirimentak) dan buah meja lokal DI Yogyakarta   (mas raja dari Keraton Yogyakarta), dan ambon jaran.

Bukan tanpa kendala, Bambang juga menyampaikan ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam mengelola KPNP, diantaranya masing-masing kultivar pisang memiliki karakteristik yang berbeda sehingga membutuhkan penanganan yang berbeda pula, sarana prasarana yang terbatas juga perlu  dilakukan pembenahan disana-sini. Dengan SDM yang ada sekarang yakni 3 PNS, dan 13 tenaga kontrak untuk  kebun, sedikit banyak membuat Bambang optimis  dapat menjalankan semua amanah dari atasan dalam pengelolaan KPNP secara optimal dan prima. Tips Bambang dalam bertugas adalah selalu rutin menjalin komunikasi yang baik dengan tim, terbuka, bekerjasama, disiplin,  bekerja keras, jujur, dan menghargai satu sama lain, dan pendukung utama yaitu totalitas spiritual dengan memohon Ridho Tuhan dalam bertugas sehari-hari. Dalam segi teknis tentunya Bambang tidak terlepas menjalankan teknik budidaya pisang sesuai dengan Standar Operasional Prosedur/SOP yang sudah ada. Dimasa pandemi covid-19 sekarang ini, KPNP tetap menerima kunjungan tamu tentunya dengan penerapan protokol kesehatan 5 M.