RANGKAIAN MILAD KE- 107, ANGGOTA AISYIYAH SE- KOTA YOGYAKARTA PELATIHAN TABULAMPOT PISANG DI KEBUN PLASMA NUTFAH PISANG
Puasa Ramadhan tidak menghalangi Ibu-Ibu anggota Aisyiyah se- Kota Yogyakarta untuk beraktivitas outdoor. Hal ini terlihat pada acara pagi ini, Selasa, 4 Mei 2021 di Kebun Plasma Nutfah Pisang (KPNP) milik Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kota Yogyakarta. Peserta berdatangan satu-persatu langsung menuju pendopo sangga buana yang terletak ditengah-tengah kebun. Mereka merupakan perwakilan dari seluruh ranting Aisyiyah. Total peserta yang hadir sejumlah 40 orang.
Tamu peserta pelatihan menanam pisang sistem tabulampot (tanaman buah dalam pot) ini diterima langsung oleh Kepala DPP Ir. Suyana, didampingi Kepala Bidang Pertanian, Eny Sulistyowati, S.P, Kasi Sarana Prasara Ir. M.A. Dwi Astuti, dan Bambang Dwi Hatmoko Purnomohadi selaku pengelola tanaman pangan dan hortikultura. Pertemuan dilakukan sesuai protokol kesehatan.
Dalam sambutannya, ketua rombongan Hj. Himatus Suja'ah (76) selaku Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kota Yogyakarta menyampaikan bahwa pelatihan menanam pisang tabulampot ini merupakan serangkaian kegiatan Milad Aisyiyah ke - 104 Masehi/107 Hijriyah yang tepatnya jatuh pada tanggal 19 Mei mendatang. Pelatihan ini termasuk dalam kegiatan Gerakan Lumbung Pangan Aisyiyah (GLPA) dengan mencanangkan penanaman 5 juta pohon di seluruh Indonesia. Himatus menambahkan bahwa pandemi covid-19 berdampak pada perekonomian, untuk itu lembaganya menggalakkan lumbung hidup dengan bertanam dan beternak, sehingga diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang produktif untuk menopang ekonomi keluarga. Milad Aisyiyah juga diisi dengan tabligh akbar dan pengajian, ta'awun ke guru-guru non sertifikasi juga ke jamaah dhuafa, serta kegiatan kedai Bu Eka (Bina Usaha Ekonomi Keluarga Aisyiyah).
Pimpinan Pusat Aisyiyah, Dra. Hj. Latifah Iskandar menambahkan bahwa diharapkan anggotanya yang tadinya belum mengenal potensi yang dimiliki KPNP, dapat memanfaatkan kesempatan pelatihan ini untuk belajar budidaya pisang, khususnya dengan tabulampot, apalagi didukung wilayah Kota Yogyakarta dengan lahan pertanian terbatas. "Dipilihnya pisang karena nilai gizi buahnya yang luar biasa, jika berbuah bisa dikonsumsi untuk keluarga dan juga bisa dibagikan ke tetangga. Dan ilmu yang diperoleh, dapat dibagi ke lingkungan sekitar. Dimasa pandemi covid-19 anggota harus giat menanam untuk menghadapi ancaman terhadap pangan. Dengan menanam kita juga dapat menghijaukan bumi" ujar Latifah.
Suyana dalam pengantarnya memaparkan bahwa Pemerintah Kota Yogyakarta telah menyediakan 120 ton beras untuk stok ketersediaan pangan yang dapat dimanfaatkan sewaktu-waktu pada kondisi darurat pangan, yang dikelola PD. Taru Martani. Permasalahan masyarakat di Kota Yogyakarta didominasi kurang nutrisi dan obesitas. Hal ini dikarenakan kurangnya asupan sayur dan buah. Untuk itu masyarakat dihimbau untuk melakukan penanaman tanaman sayur dan buah sendiri sehingga diperoleh hasil panen yang lebih sehat untuk dikonsumsi sendiri. Diversifikasi pangan lokal hasil panen sendiri dapat diolah dengan tampilan unik dan menarik untuk merangsang generasi milenial tertarik mengkonsumsinya. "DPP memiliki KPNP dan kebun hortikultura serta laboratorium kultur jaringan, yang menyiapkan aneka jenis bibit pisang dan buah-buahan lainnya. Disini selain belanja bibit, pengunjung bisa sekaligus rekreasi alam di wahana kebun yang cukup luas sekitar 1,9 hektar dengan koleksi pisang 292 kultivar” tambah Suyana.
Materi pelatihan disampaikan Bambang Dwi Harmoko. diterangkan Bambang bahwa beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tabulampot pisang yakni; wadah/pot, media tanam, nutrisi, pemilihan bibit, perawatan, panen, dan pasca panen. Wadah/pot bisa menggunakan planter bag dengan ukuran diameter 50-60 cm dengan volume 75-100 liter media tanam. Komposisi media tanam terdiri dari tanah subur (1 bagian), pupuk kandang (2 bagian), dan sekam (1 bagian). Penyiraman dimusim kemarau dilakukan 2 kali sehari. 3 bulan sekali diberi tambahan pupuk npk dengan dosis 100 gr. Perawatan hama/penyakit dilakukan secara manual dan alami lebih dianjurkan. Setelah berumur 9 bulan tanamannya mulai keluar jantung pisang, segera lakukan pengerodongan untuk mencegah lalat buah menyerang. Pemanenan dilakukan setelah buah berumur 3 bulan.
Sesi tanya jawab berlangsung semarak dengan antusiasme peserta yang banyak mengajukan pertanyaan seputar budidaya pisang tabulampot. Setelah materi dirasa cukup, peserta melanjutkan praktek menanam pisang dalam pot. Meski cuaca semakin terik, semangat Ibu-Ibu anggota Aisyiyah tidak berkurang sedikitpun. Dimulai mencampur media tanam, mengisi media ke planter bag, menanam bibit dan penyiraman.
Setiap peserta membawa 1 bibit pisang untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh, untuk kemudian dipraktekkan di rumah. Harapannya peserta dapat merawat tanaman pisang dalam pot hingga berbuah dengan baik. Sita salah satu pengurus sekaligus peserta menyampaikan kesan pesannya senang mengikuti pelatihan kali ini, apalagi pulang membawa bibit pisang. Selain bibit, peserta juga memborong buah pisang masak pohon.