hidroponik Naik Kelas, Hotel Phoenix Menyulap Rooftop Menjadi Kawasan Hijau

Lahan Pertanian di Kota Yogyakarta saat ini hanya menyisakan 34,12 hektar, menyebar di Kemantren Kotagede 5.05 Ha, Mantrijeron 0,50 Ha, Mergangsan 4,10 Ha, Tegalrejo 7,57 Ha, dan Umbulharjo 16,90 Ha. Kondisi ini tidak menyurutkan kegiatan pertanian di masyarakat. Suatu solusi dihadirkan dengan urban farming yang memiliki beberapa keuntungan, di antaranya: Meningkatkan ketahanan pangan lokal, Mengurangi ketergantungan pada pasokan pangan dari luar kota, Mengurangi jejak karbon, Memperbaiki kualitas udara, dan Memberikan taman-taman hijau di tengah perkotaan.

Kota Yogyakarta mengembangkan spot lahan hijau di tengah kampung dengan lorong sayur, kampung sayur, baik menanam menggunakan plenter bag, pot dari bahan bekas rumah tangga, maupun dengan sistem hidroponik. Menanam di tembok bangunan, di gang-gang kampung, dan juga memanfaatkan bagian bangunan yang masih memadai.

Menghijaukan rumah dengan tanaman /sayuran, sekarang tidak hanya menjadi dominasi masyarakat di kampung/wilayah, namun sudah merambah ke bangunan elit dan bergengsi yaitu hotel berbintang. Salah satu contohnya adalah area hijau yang bisa ditemukan di atap Phoenix Hotel, yang berada di Kemantren Jetis. Teknologi hidroponik yang diterapkan di rooftop hotel itu berhasil menumbuhkan tanaman segar yang siap petik dan konsumsi. "Tanaman yang dihasilkan di rooftop hotel ini beragam seperti selada, pagoda, dan berbagai jenis sawi," kata Rulvastina Randy selaku Cluster General Manager The Phoenix Hotel Yogyakarta, Grand Mercure & Ibis Yogyakarta pada Ahad, 10 November 2024.

Rulvastina mengungkapkan, keberadaan pertanian organik memanfaatkan atap hotel itu awalnya dimulai dari niat memanfaatkan area terbatas agar hotelnya memiliki sudut hijau. Seiring waktu ternyata area itu menjadi bagian menarik bagi wisatawan yang menginap di hotel itu. "Jadi kami berencana mengembangkan pertanian organik lebih lanjut dan menciptakan pengalaman menginap yang unik bagi para tamu,” lanjutnya.

Rulvastina menuturkan, selain merintis urban farming pihaknya telah lebih dulu melakukan pengolahan sampah organik menjadi pupuk cair, yang digunakan sebagai nutrisi tanaman-tanaman. “Kami menerapkan berbagai inisiatif untuk mengurangi limbah plastik dan sampah non-organik lainnya. Setiap hari, sampah organik yang kami hasilkan mencapai 70-100 kg". Dengan teknologi sederhana, sampah diolah menjadi pupuk organik cair yang digunakan untuk tanaman hidroponik di rooftop. Sebuah action nyata yang solutif untuk membantu pemerintah dalam mengelelola sampah.

Penjabat Wali Kota Yogyakarta Ir. Sugeng Purwanto, M.M.A.  hadir dalam acara panen bersama sayuran hidroponik di Hotel Phoenix didampingi Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta Sukidi, S.E., M.Si. dan Kepala Bidang Pertanian Eny Sulistyowati, S.P. 

Sugeng menuturkan keterbatasan lahan bukan menjadi penghalang menciptakan area hijau. "Buktinya berbagai tanaman tumbuh subur dengan teknologi hidroponik yang diterapkan di rooftop hotel dan siap konsumsi. Pemanfaatan lahan terbatas seperti rooftop di hotel untuk urban farming, menjadi pilihan opsi yang memungkinkan ditempuh kalangan pelaku perhotelan" ujarnya.

"Meskipun urban farming di Yogyakarta menghadirkan tantangan tersendiri mengingat Kota Yogyakarta hampir tidak memiliki lahan pertanian, namun konsep ini menjadi daya tarik unik bagi wisatawan dan bisa membantu memenuhi kebutuhan Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT)" pungkasnya.